Rollingstone.co.id – Cerita non fiksi maupun fiksi baik berupa novel, cerpen, cerbung, maupun jenis tulisan lainnya harus memiliki unsur paragraf, kalimat, dan kata. Paragraf tersusun dari beberapa kalimat yang memiliki kesatuan makna. Sedangkan kalimat merupakan kumpulan kata atau diksi yang wajib memiliki subjek dan predikat.
Agar cerita tersebut menarik dan enak dibaca maupun didengar, maka harus disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan semua unsur di dalamnya. Mulai dari pilihan kata yang digunakan, susunan SPOK (subjek, predikat, objek, keterangan), maupun makna yang terkandung dalam sebuah paragraf.
Salah satu unsur terkecil dan paling utama dalam menyusun sebuah cerita adalah kata, karena tanpa kata tidak akan terbentuk kalimat dan paragraf. Pilihan kata yang baik dan tepat akan membuat sebuah artikel lebih bermakna dan menarik untuk dibaca. Sehingga sangat penting untuk memahami arti diksi dan penggunaanya.
Pengertian Diksi
Secara garis besar, diksi adalah pilihan kata yang paling tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan pada kalimat. Pilihan kata tersebut dipilih oleh penulis atau pembicara secara sadar untuk menggambarkan cerita yang dibuat agar mendapat efek tertentu dari pembaca atau pendengar.
Dengan adanya diksi atau pilihan kata yang tepat, diharapkan cerita maupun tulisan yang dibuat bisa lebih mudah dipahami baik oleh pembaca maupun pendengar. Selain digunakan untuk mengungkapkan gagasan, diksi juga penting untuk mengungkapkan gaya bahasa dan pernyataan yang akan disampaikan.
Seorang penulis dan pembaca yang baik harus mencoba memposisikan dirinya sebagai pembaca atau pendengar ketika membuat sebuah tulisan. Sehingga bisa merasakan apakah diksi atau pilihan kata yang digunakan sudah sesuai atau belum dengan kaidah dan makna yang akan disampaikan.
Sangat penting bagi seorang penulis atau pembicara untuk memiliki kemampuan dalam memahami dan menggunakan kosa kata secara tepat. Agar mampu menentukan indikator yang tepat untuk mengomunikasikan gagasan yang dibuat, tentu harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang diksi.
Pengertian Diksi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian diksi dengan berbagai sudut pandang. Selain pendapat para ahli, pengertian diksi juga bisa ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
-
1. Gorys Keraf
Gorys Keraf memiliki dua pendapat dan definisi terkait pengertian diksi, yaitu:
- Diksi adalah kemampuan untuk membedakan nuansa makna dari gagasan yang disampaikan secara tepat. Diksi juga bisa dikatakan sebagai kemampuan untuk menemukan kata yang sesuai dengan situasi dan nilai dari rasa yang dimiliki oleh pembaca, pendengar, dan kelompok masyarakat.
- Diksi adalah pemilihan kata-kata mana yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan dengan gaya penyampaian kata yang sesuai dengan situasi.
-
2. Harimurti
Pengertian diksi menurut Harimurti merupakan kejelasan lafal dan pilihan kata dalam mengarang maupun berbicara di depan umum untuk memperoleh efek atau feedback tertentu.
-
3. Susilo Mansurudin
Pengertian diksi menurut Susilo Mansurudin cukuplah singkat yaitu diksi adalah pilihan kata. Menurutnya, pemakaian diksi yang cermat, tepat, dan benar dapat membantu memberi nilai pada suatu kata dan dapat mencegah kesalahan penafsiran dalam konteks yang berbeda.
-
4. Enre
Enre berpendapat bahwa diksi merupakan penggunaan kata yang sesuai untuk mewakili perasaan, pikiran, ide, dan gagasan yang ingin disampaikan dalam suatu pola dalam kalimat tertentu.
-
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Diksi diartikan sebagai pemilihan kata yang mengandung makna yang tepat dan sesuai atau selaras dengan konteks kalimat. Artinya dalam penggunaannya diksi harus memiliki kecocokan dalam pengungkapan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, pendengar, dan pembaca.
Pentingnya Pemilihan Diksi yang Tepat dalam Kalimat
Penggunaan pilihan kata yang tepat dalam sebuah karangan tulisan maupun cerita yang disampaikan sangatlah penting. Tujuannya agar setiap kata yang digunakan untuk menyampaikan gagasan bisa sesuai dengan konteksnya. Sehingga pembaca maupun pendengar pun tidak akan salah paham dengan apa yang disampaikan.
Contoh penerapan diksi yang benar dsalah bisa dilihat pada kalimat berikut ini:
- Saya sudah tinggal di Jakarta sejak masih kecil – penggunaan diksi yang benar
- Saya tinggal mengerjakan PR matematika saja – penggunaan diksi yang salah
Sekilas kedua kalimat tersebut terdengar tidak ada masalah dan tidak ada kejanggalan ketika membaca maupun mendengarnya. Namun, secara konteks kalimat nomor 2 kurang tepa jika menggunakan kata tinggal sebagai predikat. Kata tersebut bisa diganti dengan pilihan kata yang lebih sesuai, seperti berikut:
Saya belum mengerjakan PR matematika saja
Kata belum lebih tepat untuk digunakan dibandingkan kata tinggal. Karena kata tinggal lebih tepat untuk merujuk pada suatu tempat.
Untuk menentukan apakah diksi yang digunakan dalam suatu kalimat maupun paragraf sudah tepat, maka harus ada indikator tertentu yang harus dipenuhi. Indikator untuk menentukan tepat tidaknya diksi yang digunakan di antaranya adalah sebagai berikut:
- Kata yang dipilih dapat mengomunikasikan gagasan yang ingin disampaikan dengan tepat dan sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Tidak menghasilkan penafsiran atau pemaknaan kalimat yang ambigu untuk menghindari salah paham
- Target komunikasi yang ingin dicapai sesuai yang diharapkan termasuk dalam memilih kata untuk lawan bicara pada tingkat pendidikan dan usia tertentu
- Mendapatkan feedback yang baik dari pembaca maupun pendengar seperti yang diharapkan dalam bentuk antusiasme dan tingkat kepahaman mereka
Unsur-Unsur Diksi
Dalam menyusun diksi atau pilihan kata, maka harus memperhatikan beberapa unsur-unsur penting di dalamnya. Diksi memiliki beberapa unsur atau elemen utama, di antaranya adalah sebagai berikut:
-
1. Fonem
Fonem merupakan bunyi bahasa yang mirip kedengarannya namun sebenarnya berbeda dan menyebabkan perbedaan arti. Dalam ilmu bahasa, penulisan fonem ditandai dengan garis miring /a/, /k/, /kh/, /p/, /ng/, dan lain sebagainya.
-
2. Vokal dan konsonan
Sebuah kata bisa tersusun atas vokal saja, konsonan saja, atau gabungan vokal dan konsonan. Vokal merupakan huruf-huruf yang menghasilkan bunyi a, i, u, e, o. Sedangkan konsonan merupakan huruf-huruf selain kelima huruf tersebut seperti b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
-
3. Silabel atau suku kata
Suku kata sering disebut dengan istilah silabel yang berasal dari bahasa Yunani dan merupakan unit pembentuk kata yang tersusun dari fonem, vokal, dan konsonan. Sebagai contoh, kata kandang terdiri dari dua suku kata yaitu kan dan dang. Suku kata juga dapat mempengaruhi ritme suatu kata.
-
4. Konjungsi
Konjungsi merupakan kata hubung atau kata sambung yang mana kata tersebut digunakan untuk menghubungkan ungkapan, kata, maupun kalimat. Konjungsi berdiri sendiri dan tidak berfungsi untuk menghubungkan objek atau menerangkan kata tertentu.
Contoh kata konjungsi: dan, atau, ketika, tetapi, pun, karena, namun, dan lain sebagainya.
-
5. Kata benda
Kata benda atau nomina merupakan tingkatan atau kelas kata yang menyatakan nama tempat, benda, maupun nama seseorang. Kata benda terdiri dari dua jenis yaitu kata benda konkret yang bisa dilihat panca indra seperti pensil, meja, kursi, almari, dan lain sebagainya.
Sedangkan jenis kata benda yang kedua adalah kata benda abstrak yang hanya dapat dikenal dengan pikiran dan rasa. Sebagai contoh kata cinta, benci, rindu, bingung, pusing, dan lain sebagainya.
-
6. Kata kerja
Kata kerja disebut juga sebagai verba dan biasanya digunakan sebagai predikat dalam suatu susunan kalimat. Definisi kata kerja merupakan tingkatan kata yang menyatakan tindakan, pengalaman, keberadaan, dan pengertian dinamis lain. Contoh kata kerja: lari, memukul, memotong, makan, minum, dan lainnya.
-
7. Infleksi
Infleksi merupakan perubahan pentuk kata tanpa mengubah kelas kata atau identitas leksikal kata tersebut. Infleksi hanya membuat perubahan bentuk katanya saja namun jenis kata dan makna yang terkandung tidak berubah. Contoh: kucuci-kau cuci, mencuci-dicuci
-
8. Uterans
Uterans merupakan sub elemen yang mempengaruhi diksi dengan penggunaan dan pemahaman yang jelas dan efektif berdasarkan kemampuan bahasa. Contoh: Jika rajin belajar, kamu pintar.
Ciri-ciri Diksi
Untuk lebih mudah dalam mengenali dan memahami diksi atau pilihan kata, maka dapat dilihat dari ciri-ciri diksi di antaranya adalah sebagai berikut:
- Menggunakan perbendaharaan kata yang dimiliki dan dikenali oleh masyarakat. Misalnya jika tinggal di Jawa maka lingkungan yang tinggal di daerah tersebut kurang dapat memahami bahasa Minang begitupun sebaliknya. Maka salah satu ciri diksi yang tepat adalah dengan menggunakan bahasa yang sesuai.
- Menggunakan pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan.
- Pilihan kata yang digunakan dapat membedakan nuansa makna, kata, dan bentuk yang sesuai dengan ide atau gagasan, situasi, dan nilai rasa pembaca maupun pendengar.
Syarat-syarat Diksi
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat cerita maupun tulisan bukan sekedar pelengkap kalimat atau paragraf saja. Diksi harus mengandung makna dari gagasan yang akan disampaikan. Agar tulisan atau cerita yang dibuat dan disampaikan sesuai, maka diksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Penulis atau pembicara harus pintar dalam memilih kata yang sesuai untuk menyusun kalimat yang bermakna agar gagasan dapat tersampaikan dengan baik.
- Penulis atau pembicara harus memiliki kemampuan untuk membedakan nuansa makna secara tepat dalam kata yang dipilih untuk membentuk suatu kalimat atau paragraf. Sehingga pembaca atau pendengar bisa memahami dengan baik dan komunikasi dua arah pun dapat terjalin secara efektif.
- Penulis atau pembicara harus bisa menguasai berbagai kosakata dan mampu menggunakan kosakata tersebut ke dalam kalimat yang tepat, jelas, efektif, dan mudah dipahami.
Fungsi Diksi
Jika tulisan atau cerita yang dibuat menggunakan pilihan kata yang tepat dan sesuai, maka tujuan dari gagasan yang akan disampaikan pun dapat tercapai dengan baik. Diksi pun mengandung fungsi untuk yang dapat mendukung terjalinnya komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca serta pembicara dan pendengar.
Berikut ini fungsi diksi yang tepat dan sesuai yang digunakan dalam susunan kalimat maupun paragraf, di antaranya:
- Memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami dan mengerti apa yang ingin disampaikan penulis atau pembicara
- Kata yang disampaikan menjadi lebih jelas sehingga terasa tepat dan sesuai dalam konteks penggunaannya
- Mengantisipasi terjadinya interpretasi atau tafsiran yang berbeda antara penyampai kalimat dengan penerimanya
- Diksi yang bagus dan sesuai dapat digunakan untuk memperindah kalimat sehingga cerita yang dibuat bisa lebih runtut dengan mendeskripsikan karakter tokoh, latar dan waktu, serta alur cerita
- Untuk menggambarkan ekspresi terhadap ide dan gagasan yang akan disampaikan
- Membuat komunikasi yang terjalin menjadi lebih efektif dan efisien
Manfaat Diksi
Komunikasi yang efektif baik berupa tulisan maupun lisan hanya dapat dicapai jika pembaca dan penulis sama-sama memahami kalimat dengan makna yang sama. Sehingga manfaat diksi tidak hanya dirasakan penerima pesan yaitu pembaca dan pendengar saja, melainkan juga penyampai pesan atau gagasan tersebut.
-
Manfaat Bagi Penulis atau Pembicara
Seorang penulis dan pembicara yang baik harus memiliki tujuan yang benar ketika ingin menyampaikan ide dan gagasannya. Tujuan tersebut tidak lain adalah sampainya pesan yang akan disampaikan kepada pembaca dan pendengarnya. Baik berupa pemahaman yang benar maupun respon terkait apa yang disampaikan.
Diksi atau pilihan kata yang tepat sangat bermanfaat bagi penulis untuk membedakan antara kata-kata yang telah ditulisnya dengan kata-kata kutipan dari orang lain. Diksi yang tepat juga dapat memudahkan proses menulis agar lebih mengalir dan tidak terkesan dibuat-buat dengan kalimat yang tidak sesuai konteks.
-
Manfaat Bagi Pembaca dan Pendengar
Bagi pembaca atau pendengar, hal yang terpenting ketika membaca atau mendengarkan suatu cerita adalah bagaimana cerita tersebut mudah dipahami. Bahasan yang ringan dan diksi yang tepat biasanya lebih disukai dibandingkan bahasa yang berbelit-belit dan alur cerita yang berputar-putar.
Dengan pemilihan diksi yang tepat, diharapkan para pembaca maupun pendengar dapat membedakan kata-kata sinonim, antonim, maupun kata lain yang ejaannya mirip. Sehingga pembaca dan pendengar pun dapat memahami dengan lebih baik jika penggunaan diksi sudah sesuai dengan konteksnya.
Jenis-jenis Diksi
Kosakata yang selama ini dikenal dalam bahasa Indonesia memiliki beragam bentuk dan jenis, begitupun dengan diksi. Untuk memudahkan pengklasifikasian dalam penempatannya ketika menulis atau membuat cerita, diksi dibedakan menjadi beberapa jenis dan berdasarkan beberapa kategori tertentu.
Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya
Jenis pilihan kata ini dibedakan berdasarkan makna yang ingin disampaikan penulis atau pembicara dengan respon yang ingin didapatkan dari pembaca dan pendengar.
-
1. Makna Denotatif
Makna denotatif yang dimaksud adalah makna yang sebenarnya atau makna asli. Bisa juga diartikan sebagai makna asal atau makna dari sumber aslinya sebuah kata maupun kalimat.
Contoh diksi dengan makna denotatif, di antaranya:
- Tangan kanan Ria tiba-tiba terkilir saat sedang bermain bulutangkis. (tangan Ria yang sebelah kanan terkilir)
- Pak Salman memiliki peternakan sapi perah yang sangat luas. (sapi perah merupakan sapi yang memang diternakkan untuk diperah susunya)
- Tahun depan Pak Muis akan menyembelih kambing hitam miliknya untuk kurban. (kambing yang dimiliki Pak Muis berwarna hitam)
- Ayah meminta adikku untuk menggulung tikar setelah tamunya pergi. (tikar yang digulung adalah makna tikar yang sebenarnya yang biasa dijadikan alas untuk duduk)
- Rina sudah beberapa hari tidak masuk sekolah karena tulang punggungnya sakit. (tulang pada bagian punggung Rina sakit)
Pilihan kata yang diberi garis miring di atas merupakan makna sebenarnya dari susunan kata tersebut dan bukan merupakan makna kiasan.
-
2. Makna Konotatif
Makna konotatif yang terdapat dalam susunan kata maupun kalimat merupakan makna kiasan dan berarti makna yang bukan sebenarnya.
Contoh diksi dengan makna konotatif, di antaranya:
- Sejak 2 tahun yang lalu, Pak Marko sudah menjadi tangan kanan direkturnya. (tangan kanan yang dimaksud adalah orang kepercayaan)
- Para buruh di pabrik tekstil itu bekerja siang dan malam seperti sapi perah perusahaan. (sapi perah di sini artinya adalah orang yang dimanfaatkan dan dipekerjakan oleh orang lain demi sebuah keuntungan)
- Irwan dituduh sebagai kambing hitam atas kasus pencurian tersebut. (kambing hitam di sini artinya orang yang dituduh atau dianggap bersalah)
- Pelanggan di pasar semakin sepi sehingga toko Pak Kardim harus gulung tikar. (gulung tikar artinya rugi atau bangkrut)
- Sejak ayahnya meninggal, kakak pertamanya menjadi tulang punggung bagi keluarga. (tulang punggung artinya tumpuan bagi orang lain di keluarganya)
Kalimat dengan makna konotatif biasanya digunakan untuk memperindah penuturan dan meningkatkan intensitas makna yang ada.
Jenis Diksi Berdasarkan Leksikalnya
Jenis pilihan kata berdasarkan leksikal dibedakan berdasarkan makna leksikalnya atau makna kamus karena berasal dari kamus bahasa Indonesia. Makna leksikal merupakan makna jenis-jenis kata yang bersifat konkret dan denotatif serta belum mengalami perubahan bentuk.
Diksi berdasarkan leksikalnya dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah sebagai berikut:
-
1. Sinonim
Sinonim disebut juga padanan kata atau persamaan kata karena memiliki makna yang sama. Contoh kata sinonim, di antaranya:
- Pandai = Pintar
- Baju = Pakaian
- Matahari = Mentari
- Buruk = Jelek
- Rajin = Giat
Contoh kalimat yang menggunakan sinonim:
Dini menjadi anak yang paling pandai di kelas karena rajin belajar
Dini menjadi anak yang paling pintar di kelas karena giat belajar
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata atau diksi yang berbeda pada pilihan kata “pandai” dan “rajin”. Namun, keduanya tetap memiliki makna dan pemahaman yang sama meskipun diganti dengan kata “pintar” dan “giat”.
-
2. Antonim
Antonim disebut juga sebagai lawan kata atau perbedaan kata karena memiliki makna yang berlawanan. Contoh kata antonim, di antaranya:
- Rajin >< Malas
- Pintar >< Bodoh
- Besar >< Kecil
- Panjang >< Pendek
- Tua >< Muda
Contoh kalimat yang menggunakan antonim:
Dini malas belajar sehingga dia menjadi anak yang bodoh.
Dini rajin belajar sehingga dia menjadi anak yang pintar.
Ketika dua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlawanan, maka makna yang disampaikan pun menjadi berbeda dan berlawanan.
-
3. Homonim
Homonim merupakan jenis kata yang memiliki makna yang berbeda namun lafal atau pengucapan dan ejaannya sama. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Genting rumah bocor sehingga air masuk ke dalam rumah ketika hujan turun.
Kalimat 2: Keadaan di sekolah sedang sangat genting karena murid sekolah lain tawuran menyerbu sekolah.
Kata “genting” pada kalimat pertama mengandung makna yang menunjukkan kata benda berupa atap atau genting. Sedangkan kata “genting” pada kalimat kedua mengandung makna gawat atau mendesak.
-
4. Homofon
Berbeda dengan homonim, homofon memiliki lafal yang sama, namun makna dan ejaannya berbeda. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Aku rindu masa remaja saat masih sekolah dulu.
Kalimat 2: Massa demo yang merapat ke gedung DPR semakin banyak.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata “massa dan masa” yang memiliki pelafalan yang sama namun ejaan dan artinya berbeda. Kata “masa” pada kalimat pertama memiliki makna saat atau waktu. Sedangkan kata “massa” pada kalimat yang kedua memiliki makna kumpulan orang dalam jumlah yang banyak.
-
5. Homograf
Homograf merupakan jenis kata atau diksi yang memiliki ejaan yang sama namun makna dan lafalnya berbeda. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Pagi hari tadi aku sarapan buah apel.
Kalimat 2: Setiap pagi sebelum masuk kelas anak-anak harus apel terlebih dahulu.
Kata “apel” pada kalimat pertama diucapkan dengan lafal yang sama seperti kata me pada kata memukul dan memiliki arti nama buah apel. Sedangkan kata “apel” pada kalimat kedua dilafalkan seperti melafalkan ejaan huruf L (el) dan memiliki arti kumpul.
-
6. Polisemi
Polisemi merupakan jenis kata yang ejaan dan lafalnya yang sama namun memiliki banyak arti dan pengertian jika digunakan dalam konteks kalimat yang berbeda. Contoh kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Risna menanam bunga melati yang sangat harum baunya.
Kalimat 2: Risna memiliki paras yang sangat cantik sehingga menjadi bunga desa di kampungnya.
Kalimat 3: Bank konvensional memberikan bunga sebesar 10% setiap bulannya.
Kata “bunga” tersebut memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki arti yang banyak dan berbeda-beda. Kalimat pertama mengandung arti nama bunga atau tanaman. Kalimat kedua mengandung makna kiasan sebagai gadis yang paling cantik. Kaimat ketiga mengandung makna keuntungan.
-
7. Hipernim dan Hiponim
Hipernim merupakan kata umum yang menjadi penyebutan kata lainnya karena dapat mewakili kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata yang terwakili maknanya oleh kata hipernim. Contoh penerapan kalimatnya adalah sebagai berikut:
Pak Tono memelihara banyak sekali burung di rumahnya seperti merpati, beo, perkutut, dan lain sebagainya.
Hipernim dalam kalimat tersebut adalah “burung” yang mewakili hiponimnya yaitu “merpati, beo, dan perkutut”.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Memilih Diksi
Diksi atau pilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu apakah gagasan atau pesan yang ingin disampaikan bisa sampai dan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Seringkali karena memiliki keterbatasan kosakata seorang penulis dan pembicara kesulitan untuk menyampaikan maksudnya.
Tidak hanya memilih diksi yang tepat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan sebuah kalimat dan paragraf. Unsur-unsur diksi yang terdiri dari 8 elemen tersebut harus disusun sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan diksi, di antaranya:
-
1. Tidak menggunakan pengulangan kata
Pengulangan kata akan membuat kalimat yang dibuat menjadi boros, tidak efektif, dan terkesan berbelit-belit. Hindari penggunaan kata yang diulang seperti berikut ini:
Rina diminta untuk maju ke depan.
(kata maju otomatis digunakan untuk menuju ke arah depan, sehingga tidak perlu diulang dengan menambahkan kata ke depan)
Jangan mundur ke belakang karena ada parit, nanti kamu jatuh!
(kata mundur otomatis digunakan untuk menunjuk arah ke belakang)
Dea sudah membuat rencana yang akan datang untuk liburan selanjutnya.
(kata rencana mengandung arti segala sesuatu yang belum terjadi dan yang akan terjadi di masa mendatang sehingga tidak perlu ditambahkan akan datang)
-
2. Kalimat yang disampaikan harus menggunakan diksi yang ringkas agar tidak boros kata-kata
Tidak perlu menggunakan kata-kata yang diulang-ulang dan mengandung arti yang sama dalam sebuah kalimat agar tidak boros kata. Usahakan kalimat yang dibuat ringkas dan jelas agar lebih mudah dipahami. Berikut ini contoh kalimat yang kurang tepat dan contoh pembetulannya:
Direktur keuangan menyatakan bahwa akibat dari langkah yang diambil pada bulan lalu mengakibatkan budget keuangan untuk produksi dan operasional menjadi membengkak. (diksi yang kurang tepat)
Direktur keuangan mengatakan, budget keuangan untuk produksi dan operasional membengkak. (diksi yang tepat)
-
3. Sederhanakan struktur kalimat
Semakin sederhana kalimat yang dibuat, maka kalimat tersebut akan lebih mudah dipahami. Sebisa mungkin tidak perlu menggunakan anak kalimat dan gunakan bahasa radio atau bahasa tutur sehari-hari. Pecahlah ke dalam beberapa kalimat jika menemukan kalimat yang memiliki anak kalimat.
Berikut ini contoh penerapannya:
Tugas mendidik haruslah menjadi tugas bersama antara guru dan orang tua di rumah sehingga anak-anak mendapatkan panutan yang sesuai baik di sekolah maupun di rumah. (diksi yang kurang tepat)
Guru dan orang tua harus bersama-sama dalam mendidik anak-anak. Sehingga anak-anak akan mendapatkan panutan yang baik ketika di sekolah dan di rumah. (diksi yang tepat)
-
4. Hindari pemborosan kata
Seringkali dalam sebuah kalimat terdapat kata-kata yang sebenarnya tidak perlu ditulis karena tidak memiliki fungsi sebagai pelengkap maupun pendukung kata lainnya. Berikut ini contohnya:
Hasil daripada pertemuan antara guru dan orang tua Rino kemarin adalah Rino harus diskors atau dilarang masuk sekolah selama beberapa hari. (kalimat non baku)
Hasil daripada dari pertemuan antara guru dan orang tua Rino kemarin adalah Rino harus diskors. (kalimat baku)
-
5. Hindari penggunaan kata yang memiliki fungsi dan makna yang sama
Diksi yang berlebihan yang biasanya digunakan untuk menekankan arti yang tegas sebenarnya sangat tidak perlu. Sehingga sebisa mungkin hindari penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya sama. Contoh:
Semua siswa harus membuat ringkasan pelajaran agar supaya mereka dapat mempelajarinya lagi ketika di rumah. (kalimat non baku)
Semua siswa harus membuat ringkasan pelajaran agar supaya mereka dapat mempelajarinya lagi ketika di rumah. (kalimat baku)
Menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat atau paragraf yang bemakna terkadang cukup sulit jika tidak menggunakan diksi yang tepat. Alhasil pesan dan gagasan yang ingin disampaikan pun tidak bisa dipahami oleh pembaca maupun pendengarnya.
Menulis atau berbicara dengan menggunakan diksi yang tepat memang membutuhkan skill atau kemampuan dalam memahami setiap kosakata yang digunakan. Sehingga jika ingin menjadi penulis atau pembicara yang handal, sangat penting untuk mempelajari dari unsur paling kecil yaitu kata atau diksi.
Baca juga:
- Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Kedudukannya
- Arti Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dan Contohnya
- Makna Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Artinya